Bengkulu, Sinarnusantaranews.com – Aksi sayat tangan yang dilakukan oleh 52 siswi di Bengkulu Utara mengundang keprihatinan banyak pihak. Fenomena yang disinyalir dipengaruhi oleh konten di media sosial dan masalah pribadi ini telah ditangani oleh pihak Kepolisian.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief mengatakan, banyaknya konten yang tidak mendidik di media sosial tidak bisa dianggap persoalan biasa sebab telah banyak memicu perbuatan buruk di kalangan remaja dan generasi muda.
“Menyayat tangan sendiri ini sudah lebih dari sekedar kenakalan remaja. Ada masalah kejiwaan. Pemerintah harus menemukan akar masalahnya, menyelesaikannya dan mencegah agar kejadian mengerikan seperti ini tidak pernah terulang kembali,” kata Hj Riri Damayanti John Latief, Selasa (14/3/2023).
Lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini menjelaskan, peran orang tua sangat penting dalam membangun karekter yang baik dalam diri anak, menghadapi perilakunya dengan sabar dan tenang, menasehati setiap kesalahan yang dilakukan dengan cara yang bijak dan menyejukkan.
“Saya katakan ini karena menurut Kepolisian salah satu motif sayat tangan ini karena mereka dimarahi orang tua. Tapi orang tua tidak bisa disalahkan sepenuhnya juga. Memang tantangan yang dihadapi orang tua dulu dengan masa yang serba canggih sekarang ini berbeda,” ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
“Nasehati mereka dengan kasih sayang, jadilah teman yang baik bagi mereka dan doakan agar Allah jadikan mereka menjadi generasi yang soleh solehah. Karena Allah menjamin terkabulnya doa orang tua untuk anak,” lanjut Hj Riri Damayanti John Latief.
Dewan Penasehat DPD Generasi Anti Narkoba Nasional (GANN) Provinsi Bengkulu ini meminta agar sekolah tak pernah meninggalkan pembinaan akhlak mulia sesuai dengan agama yang dianut para peserta didik sehingga setiap peserta didik memiliki nilai karakter religius yang sesuai dengan ajaran agama.
“Nggak mesti muluk-muluk, mulai dari membiasakan diri memberi salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal, makan minum dengan tangan kanan dalam posisi duduk, nggak boleh bergunjing, berdoa sebelum belajar, memandang guru atau orang yang lebih tua dengan kasih sayang dan lain sebagainya,” ungkap Hj Riri Damayanti John Latief.
Ketua Umum Pengurus Cabang (Pengcab) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Kepahiang ini menambahkan, pemerintah, orang tua, dan pihak rumah sekolah harus bersinergi dalam membangun kebiasaan-kebiasaan baik dalam diri pelajar sejak dini.
“Tugas pemerintah, blokir atau terapkan sensor ketat atas semua konten buruk di media sosial. Tugas orang tua mengarahkan, menasehati dan mendoakan kebaikan untuk sang anak. Tugas sekolah memberikan pembelajaran keterampilan, pengetahuan, jangan lupakan akhlak. Kalau semua ini berfungsi, insya Allah fenomena sayat tangan akan lenyap,” demikian Hj Riri Damayanti John Latief. (FB)