Jakarta, sinarnusantaranews.com – Kabar baik kali ini datang dari dunia ekonomi dan kesehatan secara bersamaan. Pendistribusian vaksin ke Indonesia dianggap telah membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar menguat. Tercatat per tanggal 19 Desember, kurs tengah BI (Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor) mencapai Rp 14,146. Dimana terjadi penguatan posisi rupiah terhadap dollar sebesar 0,04% dari hari sebelumnya.
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar ini diduga terjadi akibat optimisme dan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi terhadap pendistribusian vaksin COVID-19 di dunia, terutama di Amerika Serikat. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, bahwa “Rupiah mungkin mengalami penguatan terbatas hari ini, dengan sentimen positif dan negatif yang berimbang”. Ia berpendapat bahwa, penyebab dari menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar terjadi karena optimisme masyarakat terhadap vaksin COVID-19 yang sudah mulai didistribusikan di Amerika Serikat sejak saat ini. Namun, indeks dollar AS masih terpuruk di area support 90.
Selain adanya sentimen positif di sisi kesehatan, namun tak dapat dipungkiri bahwa, masih ada pula sentimen negatif terutama di sisi perekonomian dunia, seperti yang disebabkan oleh pengumuman adanya kebijakan lockdown di Inggris, Belanda, dan Perancis akibat terjadinya lonjakan pasien COVID-19 yang semakin besar.
“Di dalam negeri pun terdapat sentimen positif dan negatif akibat dari wabah COVID-19 ini. Adapun sentimen positif berasal dari hasil neraca perdagangan yang kembali surplus sehingga dapat menopang penguatan rupiah terhadap Dollar AS. Sedangkan, sentimen negatif diduga berasal dari keterlambatan distribusi vaksin yang baru akan mendapatkan izin edar pada awal tahun 2021 nanti”, ujar Ariston.
Kendati demikian, sesuai prediksi BI saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 16-17 Desember 2020, yang mengatakan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunganya, yaitu BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan untuk mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Perry Warjiyo, selaku Gubernur BI menyatakan bahwa, perbaikan ekonomi terus berlanjut hingga tumbuh sebesar 5% di tahun 2021. “Perekonomian kedepannya akan dipengaruhi oleh vaksinasi dan berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter yang didorong oleh kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia”, pungkasnya.
Adapula langkah yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan cadangan devisa negara agar neraca perdagangan tetap surplus meski harus mengimpor vaksin dari luar negeri, yaitu dengan cara membeli vaksin dari luar negeri hanya untuk sampel saja, namun sebisa mungkin agar dapat diproduksi secara massal di dalam negeri, sehingga dapat menekan biaya impor. Namun, jika dihitung biaya produksinya lebih mahal disbanding biaya impornya, maka lebih baik untuk tetap mengimpor vaksin dari luar negeri, namun sebisa mungkin untuk memperoleh tambahan dana dari pihak investor asing.
Ibrahim Assuaibi, selaku Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, mengatakan bahwa “Pemerintah Indonesia sendiri telah menganggarkan biaya sebesar Rp 637,3 miliar untuk membeli tiga juta dosis vaksin COVID-19 dari Bendahara Umum Negara, Kementerian Keuangan”.
Adapun pada tahap pertama, vaksin yang telah masuk ke Indonesia ialah sebanyak 1,2 juta vaksin, disusul 1,8 juta vaksin sisanya yang akan masuk pada tahap kedua dan diharapkan dapat disuntikkan serentak kepada para tenaga kesehatan kemudian ke masyarakat. Dengan adanya vaksin, maka investor optimis perekonomian Indonesia akan cepat pulih, hingga dapat membantu pemerintah agar pertumbuhan ekonomi Kuartal VI akan lebih baik lagi dibanding kuartal sebelumnya.
“Walaupun terjadi kontraksi, tapi tidak terlalu dalam. Apalagi vaksin telah siap didistribusikan ke berbagai rumah sakit, sehingga dapat menekan laju pandemic COVID-19 dan pemerintah bias melonggarkan PSBB dari masa transisi ke masa new normal secara nasional, baik di DKI Jakarta maupun provinsi-provinsi lainnya”, pungkas Ibrahim.
Kemudian, setelah sebagian besar masyarakat Indonesia telah menerima vaksin, diharapkan akan terjadi herd immunity, dimana akan tercipta kekebalan terhadap sekelompok orang di suatu daerah. Jadi, jika ada orang yang belum divaksin dalam suatu daerah, maka ia akan turut mendapatkan kekebalan dari orang-orang di sekitarnya yang telah divaksin. Namun, masyarakat tetap harus memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan, agar tidak terjangkit virus COVID-19 lagi. Dalam rangka mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), maka diperlukan kerjasama yang sinergis antar seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya dari sisi pemerintah saja, namun juga rakyatnya yang harus menerapkan protocol kesehatan dengan baik.
Dari sisi pemerintah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mendorong terlaksananya PEN, diantaranya dengan cara memberikan subsidi berupa uang tunai ataupun sembako kepada rakyat yang terdampak, dalam rangka menjaga daya beli dan roda perekonomian masyarakat. Dengan adanya subsidi berupa uang tunai untuk membuka usaha misalnya, maka hal tersebut akan memperkuat daya beli masyarakat. Jika perlahan-lahan perekonomian Indonesia sudah mulai bangkit, maka masyarakat dapat meningkatkan skala produksinya hingga ke skala internasional.
Meningkatnya skala produksi tersebut tentu akan meningkatkan nilai ekspor barang dari Indonesia ke luar negeri, yang akan turut meningkatkan cadangan devisa negara akibat surplus neraca perdagangan. Sejalan dengan hal tersebut, Ibrahim turut menjelaskan, bahwa walaupun data eksternal mendukung ke arah negative pelemahan rupiah, namun ternyata pelaku pasar optimis bahwa perekonomian Indonesia akan kembali bangkit. Sehingga, arus modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri. “Hal ini terlihat dari menguatnya mata uang Garuda”, tutup Ibrahim.
Oleh : Inas Khairunisa/Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi 2018, Universitas Negeri Jakarta.