JAKARTA, sinarnusantaranews.com – Kala pandemi Covid-19 isu-isu resesi menjadi perbincangan hangat ditengah masyarakat, khususnya pejabat. Kondisi perekonomian yang tidak stabil karena rendahnya permintaan akan barang dan jasa di pasar menyebabkan perputaran ekonomi melambat hingga berakibat pada laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi. Hal ini menjadi keresahan masyarakat apabila terjadi resesi yang lebih memprihatinkan dari resesi yang pernah terjadi.
Sesuai data yang diperoleh dari web resmi Badan Pusat Statistik, Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,32 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 30,84 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 11,66 persen dan 16,96 persen. Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,19 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 29,22 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 12,81 persen dan 14,16 persen. Selain itu berdasarkan data yang dimuat didalam website berkas DPR bahwa pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II 2020 mengalami kontraksi -5,32%. Jika dibandingkan dengan Triwulan I 2020, maka kontraksi -4,19%. Sementara kumulatifnya terhadap Semester I 2019, pertumbuhan mengalami kontraksi -1,26%, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II secara yoy cukup dalam. Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan negatif pada Kuartal II 2020. Begitupun kuartal 3 yang juga mengalami kontraksi. Maka apabila PDB suatu negara mengalami keadaan yang negatif dalam dua kuartal kondisi resesipun dialami Indonesia.
Resesi yang terjadi merupakan dampak Covid-19 dan merupakan Eksternalitas dari kebijakan Work From Home, berakibat pada konsumsi masyarakat menurun, kemudian bagi perusahaan-perusahaan memotong gaji karyawan karena output yang di hasilkan rendah. Hal ini tentu sebuah siklus yang sulit ditangani. Disamping itu masyarakat lebih melakukan motif berjaga-jaga dibandingkan belanja. Faktor yang melatar belakangi hal tersebut adalah masyarakat merasa khawatir dengan kondisi yang rawan terpapar Covid-19, PHK dan pemotongan gaji membuat masyarakat lebih menghemat pengeluaran karena penghasilan yang jauh lebih sedikit dari gaji normal, dan masyarakat cenderung membeli bahan kebutuhan pokok dengan jumlah besar sebagai persediaan dirumah dibandingkan bolak-balik keluar rumah untuk membeli sesuatu.
Dari berbagai faktor yang melatar belakangi terhentinya velositas uang, masih banyak masyakat yang berusaha memenuhi kebutuhannya dan menambah penghasilannya dengan mengasah kreativistas melalui e-commerce. Karena aktivitas yang cenderung dilakukan di tempat yang sama dengan intensitas yang sama akan menimbulkan rasa bosan. Peluang ini yang bisa dimanfaatkan masyarakat khususnya UKM dalam menyediakan sesuatu yang baru untuk menghilangkan kejenuhan masyarakat. Misalnya dalam memanfaatkan e-commerce masyarakat membuat produk yang belum pernah ada dan mampu menarik perhatian masyarakat untuk membeli.
Selain dari pihak UKM yang melakukan inovasi perlu adanya kerjasama anatara pihak e-commerce dan jasa pengiriman untuk memberikan diskon harga. Hal ini terbukti mampu membentuk pasar. Velositas uang sendiri erat kaitannya dengan kebijakan moneter yang diambil pemerintah dibanding kebijakan fiskal yang akan berakhir dibidang perbankan. Uang akan berhenti velositasnya dimasyarakat apabila peredaran uang telah masuk ke Bank. Uang merupakan barang publik yang hanya memiliki hak untuk digunakan, apabila hak menggunakan uang terhenti sebagai rekening koran atau rekening giro maka akan berhenti juga velositasnya.
Velositas uang dalam kebijakan moneter dapat menaikkan pendapatan nasional. Permintaan akan uang tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga. Implikasinya bahwa kurva sumbu LM adalah vertikal “tidak elastis” terhadap tingkat bunga. Dalam keadaan ini maka kebijakan fiskal (yang ditunjukkan sumsu IS) tidak akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional equilibrium. Kebijakan moneterlah yang paling efektif untuk mengendalikan tingkat pendapatan nasional.
R LM LM
R1 ————–
R2 ————————- IS
Y1 Y2 Y
Semakin banyak uang beredar maka semakin turun nilai uang tersebut dan semakin rendah pula tingkat suku bunganya dan pendapatan akan bertambah. Implikasinya apabila nilai uang semakin turun dalam arti nilai uang yang melekat pada barang dan jasa maka peredaran uang akan semakin meluas. Permintaan akan uang di dalam masyarakat merupakan proporsi tertentu dari volume transaksi, dan volume transaksi merupakan suatu proporsi konstan dari tingkat output masyarakat (pendapatan nasional).
Maka dengan kembali beredarnya uang siklus perekonomian mulai dari permintaan uang kemudian permintaan barang atau jasa sebagai output yang dikeluarkan masyarakat akan meningkat. Sehingga velositas uang akan terjadi. Bertolak belakang dengan keadaan tersebut apabila uang massyarakat masuk ke dalam perbankan, kebiasaan memberikan kredit perdagangan oleh supplier kepada pembeli juga bisa mengakibatkan menurunnya kebutuhan akan uang. Kemajuan bidang telekomunikasi, digitalisasi dan inovasi bidang perbankan, memungkinkan uang bisa di kirim antar daerah dengan cepat tanpa melalui siklus pasar. Sehingga velositas uang dimasyarakat menurun.
Tentunya solusi yang dapat digunakan dengan kebijakan moneter demi menaikkan velositas uang, yang berarti percepatan peredaran uang dalam suatu waktu. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional. Laju PDB yang mengalami kontraksi akan naik seiring kestabilan ekonomi yang tercapai. Indonesiapun dapat melalui masa resesi dengan meningkatkan pendapatan nasional melalui velositas uang.
Oleh: Yuli Fitrianingsih / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi 2018, Universitas Negeri Jakarta