Home / Uncategorized / Kemiskinan Dalam Perspektif Lemahnya Kreatifitas Dan Produktifitas Dari Kepemimpinan Lokal Dan Masyarakatnya

Kemiskinan Dalam Perspektif Lemahnya Kreatifitas Dan Produktifitas Dari Kepemimpinan Lokal Dan Masyarakatnya

BENGKULU, SNN – Seringkali daerah dikatakan miskin lebih dilihat dari sisi kemampuan suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan pokok warganya dan ketidakmampuan daerah dalam mengembangkan potensi sumber- sumber kehidupan yang ada di daerahnya.
Kemiskinan juga diidentikan ketidakmampuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menyelesaikan persoalan – persoalan kehidupan dasar di suatu daerah. Kemiskinan yang terlihat sering diukur dari aspek tingkat pelayanan kesehatan, tingkat pelayanan pendidikan dan tingkat pendapatan ( financial and prosperity)
Dimana hal tersebut lebih sering dikompilasi dari suatu kondisi ketidakadilan dari otoritas yang memiliki tugas menyeimbangkan kesejahteraan sosial dalam hal ini yang dimaksud adalah Pemerintah.
Kemiskinan
Standar kemiskinan dunia yang ditetapkan PBB di klasifikasikan dalam 2 model yaitu Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah suatu keadaan dimana seorang atau sekelompok orang yang karena keadaannya dirinya dan lingkungannya tak mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan selalu bergantung dari bantuan pihak ekternal yang menjadi resourse kehidupannya.
Sedangkan kemiskinan relatif adalah kemampuan seorang atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya dilihat dari sisi daya saing secara komparatif dengan seorang atau kelompok masyarakat dari daerah lainnya.
Dua model kemiskinan itu memiliki korelasi dengan kemampuan kreatifitas dan produktifitas pemimpin dan masyarakatnya.

Kreatifitas dan Produktifitas
Kreatifitas seseorang atau kelompok manusia sangat kontributif dalam mengembangkan daya tahan dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan hidup. Bagaimana seseorang atau kelompok masyarakat itu mensiasati satu sumber daya yang ada sebagai potensi untuk dikonversi ke berbagai produk – produk lainnya , dimana hasil kreatifitas ini nantinya mampu memberikan nilai tambah baik secara sosial needs maupun peningkatan pertambahan penghasilan ( economic and financial prosperity)
Daya kreatifitas ini bersumber dari pengembangan informasi dan teknologi serta kemampuan seseorang atau kelompok untuk memotivasi dirinya dan kelompoknya dalam pengembangan diri kelompoknya ( self empowering aspect)
Jika kreatifitas ini dikelola dan disokong baik secara internal dan ekternal dengan baik akan menghasilkan angka produktifitas yang lebih baik, dimana standar kehidupannya lebih bersifat kontributif yang maksimal.
Berawal dari suatu element produk rumahan dan akhirnya akan menjadi elemen produktifitas bersifat kolektif ataupun menuju kepada masyarakat industrialisasi.
Yang menarik adalah bagaimana meningkatkan produktifitas melalui daya kreatifitas yang seimbang dengan nilai – nilai kearifan lokal yang masih tumbuh di daerah tersebut. Hal ini lah diperlukan Eiger seorang pemimpin yang bisa menjadi inisiator dan motivator dalam membangkitkan kreatifitas dan produktifitas masyarakat yang dipimpinnya.

Kepemimpinan
seringkali dimaknai sebagai gaya seseorang dalam menjalankan visi dan misi kepemimpinnya.
Secara sederhana saja, kepemimpinan itu diartikan secara umum sebagai patron berpengaruh dalam proses mensejahterakan orang yang dipimpinnya.
Jika karakter pemimpin daerah berada pada gaya bagaimana mempertahankan kekuasaannya, seringkali itu melahirkan kemiskinan- kemiskinan baru atau bahkan akan menimbulkan kemiskinan semu yang hanya dibalut gaya komunikasi publik yang absurb dari kepentingan kekuasaannya. Apalagi sumber daya yang dimiliki pemimpin digunakan hanya dalam kepentingan bagaimana mempertahankan dan melanjutkan kekuasaannya. Banyak yang pemimpin dalam gaya memimpinnya menggunakan konsep ini dan tak bervisi jauh dalam kepentingan publiknya atau masyarakatnya. Secara umum dapat diambil sampel data terhadap beberapa daerah yang lemah kreatifitas dan produktifitasnya, dipimpin oleh pemimpin yang lemah juga daya kreatifitas positifnya dan lemahnyanya menjadi motivator membangkitkan produktifitas masyarakatnya. Sudah barang tentu gaya seperti ini akan menyisakan persoalan hukum dikemudian hari, dan tak jarang berakhir di ruang kedap penjara.
Pemimpin yang bergaya seperti itu pasti tak mampu mensejahterakan masyarakatnya secara phisik merata, akan terlihat semu dan sementara.
Air kehidupan memang bisa hadir dimana mana, Jika ingin minum air yang sehat yang mensejahterakan sebaiknya pemimpin dan masyarakatnya disokong daya kreatifitas dan produktifitasnya dengan nilai kejujuran dan integritas. Pemimpin tak boleh mengeluh dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakatnya.
Air terus mengalir , berbaur dengan komponen lainnya, namun air tetaplah air, dibutuhkan semua orang.
Bantulah masyarakat ciptakan air sehat yang bekepanjangan dan berkesinambungan. (DHAKARY*018)

About adminSNN

Check Also

Antisipasi dan Evaluasi Serta Cegah Kenaikan Harga Pangan di Bengkulu Besama Senator

Bengkulu, Sinarnusantaranews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis naiknya harga-harga sejumlah komoditas seperti BBM, beras, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *